Halaman

Kamis, 01 Desember 2011

Cerpen


1. Pengertian Cerpen
Menurut Kosasih (2006:250) cerpen (cerita pendek) adalah karangan pendek yang berbentuk prosa. Dalam cerpen dikisahkan sepenggal kehidupan tokoh, yang penuh pertikaian, peristiwa yang mengharukan atau menyenangkan, dan mengandung kesan tidak mudah dilupakan. Senada dengan pendapat tersebut, Irman, dkk. (2008:8) menjelaskan bahwa cerpen ialah cerita rekaan yang pendek dalam arti hanya berisi pengisahan dengan fokus pada satu konflik saja dengan tokoh-tokoh yang terbatas dan tidak berkembang. Alur cerita sederhana hanya memaparkan penyelesaian konflik yang diungkapkan.
Masih mengenai pengertian cerpen, Jabrohim (1994:165) mengungkapkan bahwa cerpen adalah cerita fiksi bentuk prosa yang singkat padat, yang unsur ceritanya terpusat pada satu peristiwa pokok, sehingga jumlah dan pengembangan pelaku terbatas, dan keseluruhan cerita memberikan kesan. Cerita pendek atau cerpen juga memiliki pengertian kisahan pendek atau kurang dari 10.000 (sepuluh ribu)  kata  yang memberikan kesan tunggal yang dominan dan memusatkan diri pada satu tokoh dalam satu situasi. Cerpen hanya terdiri atas beberapa halaman sehingga biasanya selesai dibaca paling lama dua jam. Pemakaian kata-katanya ekonomis, persoalan yang dikemukakan terpusat hanya pada satu tokoh sehingga memiliki satu alur cerita. Cerpen menceritakan suatu kejadian dalam kehidupan yang beraneka ragam (Honiatri, 2007:40).
Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa cerpen (cerita pendek) adalah cerita fiksi  berbentuk prosa singkat serta dapat dibaca sekali duduk yang mengisahkan sepenggal tokoh dalam situasi tertentu serta dengan masalah-masalah yang dijabarkan dalam urutan cerita (alur) dan mengandung amanat yang dapat dijadikan pedoman dalam kehidupan sehari-hari.
2. Manfaat Membaca Cerpen
Cerpen sebagai salah satu karya fiksi merupakan hasil karya sastra yang bermanfaat bagi pembaca atau penikmat sastra. Manfaat tersebut akan didapat oleh pembaca cerpen jika ia dapat menangkap maksud dan amanat yang terkandung dalam cerpen. Baik yang bersifat tersurat, maupun yang bersifat tersirat. Hal ini sesuai dengan pendapat yang disampaikan oleh Surastina dan Dedi (2010:103) bahwa ”Tulisan fiksi berusaha menyampaikan pengalaman itu sendiri, dan bila tulisa itu berhasil, maka pmbaca akan mendapatkan se-suatu [sic!] utuk dinikmati”. Selanjutnya, Surastina dan Dedi (2010) juga menambahkan bahwa untuk mengetahui apa saja sari suatu karya fiksi (cerpen), kita harus menggunakan daya penilaian dan penalaran kita, sedangkan untuk mengalami peristiwa-peristiwa kita menggunakan indera kita dan daya khayal. Dengan kata lain, janganlah menghindari pengaruh yang ada pada karya sastra rekaan atas diri kita.

Sebuah karya sastra (cerpen) yang baik, haruslah mengandung fungsi menghibur dan pendidikan. Pernyataan ini mengacu pada pendapat Kosasih (2006:223) yang mengatakan bahwa karya sastra yang baik merupakan karya sastra yang berusaha menampilkan unsur hiburan dan edukatifnya. Jika salah satu unsur tersebut tidak ada dalam sebuah karya sastra, maka pembaca akan kurang mendapatkan manfaat secara menyeluruh. Untuk itu, pembaca akan sangat merasakan manfaatnya dalam membaca karya sastra bila kedua unsur tersebut terkandung dalam sebuah cerpen agar dapat dijadikan pedoman perjalanan hidup sang pembacanya.
3. Macam-macam Cerpen
Cerpen dapat dibagi dari berbagai segi, yakni:
a. Berdasarkan  panjang pendeknya cerita atau segi kuantitas
1) cerpen singkat, yakni kurang dari 2.000 kata
2) cerpen sedang atau umum, yakni terdiri dari 2.000 sampai 5.000 kata
3) cerpen panjang, yakni lebih dari 5.000 kata
b.  Berdasarkan nilai sastranya atau segi kualitasnya
1) cerpen hiburan; umumnya bertemakan cinta kasih kaum remaja dengan menggunakan bahasa aktual. Peristiwa yang dilukiskan tampak seperti dibuat-buat.
2) cerpen sasra; umumnya terdapat dalam majalah sastra, majalah kebudayaan, atau dalam buku-buku kumpulan cerpen. Cerpen sastra cenderung menggunakan bahasa baku dan bertemakan kehidupan manusia dengan segala persoalannya.
Pembedaan antara cerpen hiburan dengan cerpen sastra berdasarkan media penyiarannya tersebut tidak mutlak benar. Dapat terjadi dalam majalah hiburan terdapat cerpen yang bernilai sastra atau juga sebaliknya.
c. Berdasarkan corak unsur struktur ceritanya
1) cerpen konvensional, cerpen yang struktur ceritanya sesuai dengan konvensi yang ada.
2) cerpen kontemporer, cerpen yang struktur ceritanya menyimpang atau bahkan bertentangan dengan konvesi yang ada. Cerpen kontemporer dalam sastra Indonesia modern mulai berkembang sejak tahun 1970-an.
4. Perkembangan Cerpen dalam Sastra Indonesia
Menurut Jabrohim (1994:162) Cerpen merupakan genre sastra yang penting dalam sastra Indonesia, lebih-lebih sesudah tahun 1950-an. Karya sastra yang berupa cerpen banyak diterbitkan orang. Pada dewasa ini, hampir tiap majalah yang terbit di Indonesia menyediakan rubruk khusus yang berisi cerpen. Melihat perkembangannya, cerpen baru berkembang sekitar tahun 1930-an, sedangkan novel berkembang sekitar tahun 1920-an. Pada awal pertumbuhannya, cerpen tidak terlepas dari pengaruh dongeng dalam masyarakat lama, yang ditulis dalam cerpen masa itu ialah peristiwa-peristiwa kecil dalam kehidupan sehari-hari yang berisi gurauan yang mampu membuat orang tertawa. Menulis cerpen belum dimaksudkan sebagai kegiatan mencipta sastra, melainkan sekadar pekerjaan sampingan. Dalam masyarakat masa itu cerpen berfungsi sebagai ”teman duduk” atau sebagai ”kawan bergurau” saja.

Pada zaman Jepang cerpen berkembang lebih maju. Cerpen merupakan suatu genre sastra yang sudah diperhitungkan. Orang dapat terkenal sebagai pengarang karena tulisan-tulisan cerpennya. Pada masa angkatan ’45 cerpen benar-benar mempunya kedudukan tersendiri dalam sastra Indonesia. Ia mendapat tempat yang sama dengan genre sastra yang lain.
Perkembangan cerpen mengalami kesuburan sesudah tahun 1950-an. Pengarang cerpen banyak bermunculan, dan buku-buku kumpulan cerpen banyak diterbitkan. Bahkan majalah khusus cerpen pun mulai diterbitkan, yakni majalah Kisah yang terbit pada tahun 1953. Hingga sekarang majalah khusus cerpen dalam sastra Indonesia masih tetap ada, walaupun mengalami pergantian beberapa kali. Kisah, Prosa, Cerita, Cerpen, Sastra dan Horison adalah nama-nama majalah bulanan yang semula mengutamakan cerpen.
Pada perkambangan sastra Indonesia mutakhir dewasa ini minat masyarakat terhadap cerpen semakin meningkat. Karangan cerpen tetap banyak ditulis dan diterbitkan, baik melalui majalah maupun diterbitkan secara khusus berupa buku kumpulan cerpen. Peristiwa yang diceritaka dan permasalahan yang ditampilkan makin luas dan makin kompleks sejalan dengan situasi dan realitas yang ada dalam masyarakat.   

Tidak ada komentar:

Posting Komentar